Friday, July 3, 2009

"Truth"



I knew someone who always search for the truth in his whole life. Selalu mempertanyakan dirinya dan mempertanyakan prestasi apa yang telah ia buat. Selalu berusaha untuk melakukan sesuatu hal yang 'benar', 'on the right track', dan seterusnya.

Dulunya, saya rasa saya juga seperti itu. Saya mengukur segala sesuatu dari prestasi yang bisa saya capai. Tinggi. Pintar. Hebat. Inovatif. Deep. I hold the depth of life as something lies behind great ideas and hard work(if suffering include inside, even much better). But then I have a boyfriend. Having spouse is something able to change yourself. He makes me see things from a very different point of view. We have an intense relationship, but how intense it was, I've just found out the effect when we're in a plan for a wedding. And also, a few first months of our marriage.

I also learn a great deal on my first years getting jobs. I always wanted something make me 'think'. I appreciate myself as a thinker. Even though I might already realize I still don't have 'something' to make people listen to me. Saya begitu inginnya dilihat. dihargai. Tapi, saya sendiri sebenarnya belum sampai pada tahap apapun. In life. Dan pekerjaan yang saya kira membuat saya "berpikir" ternyata tidak cocok untuk saya. Dan saya pindah. Pada cinta masa kecil saya: menggambar. Dan lalu saya tidak peduli lagi. Saya merasa lepas dari kandang macan. Dan saya merasa hidup di negeri pelangi.

Saya kemudian melihat bahwa hasil yang baik tidak selalu berasal dari usaha setengah mati. Don't get me wrong. Saya bukan mengatakan kerja keras tak ada artinya, lho. Hanya saja begini: Saya seringkali jalan-jalan di Deviantart.com. Dan setengah mati iri pada artis2 tak dikenal namun berbakat besar. Pada gambar2 yang memampangkan dirinya di depan saya dengan cerianya. Juga saya dulu punya teman di konsultan arsitektur yang selalu pulang on time. Yang ajakannya selalu main dan jalan-jalan. Tapi setap kali ia membuat preliminary, bos saya menatapnya kagum, "pintar sekali anak ini ya". Sedangkan saya, yang sudah mati2an lembur dan mikir,I still on that stage.

Sejak pindah ke KUARK, saya lebih loose. Saya kemudian mencoba cara baru: lebih santai dan lebih percaya kepada hidup. Have I quoted this paragraph before? Salah seorang suster dari Tarekat Cinta Kasih (Ibu Teresa) mengatakan begini:

"Yang harus kami lakukan adalah tugas kami hari ini. Apa yang terjadi besok, adalah urusan besok. Tuhan menyediakan segala yang kami butuhkan, tepat pada waktunya. Bila suatu komponen dalam pekerjaan kami tidak tersedia, artinya pekerjaan itu belum saatnya terjadi"

Mungkin itu ya... keindahan dari berserah. Kadang kita berusaha begitu keras untuk mencapai sesuatu. Tapi kadang kita tidak tahu, benarkah apa yang kita tuju itu. Kadang masalahnya hanyalah, kamu berada di ladang yang salah. Kamu menggarap ladang yang salah. Dan memperjuangkan sesuatu yang sia-sia.

Saya kira manusia boleh kok merasa bahagia. Kita boleh kok memilih bidang apa, dunia mana, hal apa yang ingin kita jalani. Menjalani sesuatu yang berasal dari kelegaan hati rasanya lebih ringan. Dan agak susah ya, menurut saya, setiap kali mempertanyakan"Tuhan mau saya ngapain sih...?" Itu adalah pertanyaan yang sering saya lontarkan di masa-masa sulit saya dulu.

Setelah mengenang kembali masa itu, saya kembali merasa bahwa jalan yang saya lalui dulu, yang termasuk juga melewati hal-hal yang tidak enak, bukanlah suatu kesalahan. Hal paling baik yang bisa saya lakukan adalah coba terus. Ketika saya berani memutuskan, berani melompat, saya baru tahu, saat itulah Tuhan bilang "This is your place, kiddo".

Kita memang baru tahu saat kita sudah melakukan. Maka saya percaya pada "Kekuatan dari melakukan". Setiap hari saya masih berusaha untuk melakukan hal yang benar. Setiap kali bertanya-tanya: "Bagaimana cara yang benar berkomunikasi dengan tim saya? bolehkah saya memainkan trik?" atau, "deadline saya terlambat, saya harus bilang apa pada klien?"

Pertanyaan-pertanyaan saya teknis. Sangat spesifik pada pekerjaan yag saya tangani. Kehidupan rumah tangga kami. Persoalan-persoalan keluarga baru. Tapi lewat itulah Tuhan mengajar saya, setiap hari. Setiap hari saya menemukan kebenaran-kebenaran baru. Kadang kecil, kadang besar. Kadang yang kecil-kecil menguatkan hal yang besar. Dan saya tidak khawatir kalau suatu hari nanti 'kebenaran' yang saya temui sekarang ternyata berubah. Saya sudah pernah mengalami bahwa pandangan orang bisa berubah.

Kebenaran datang hal-hal yang kita lakukan dan kita jumpai setiap hari. Berkubang dengan intensif dalam pekerjaan dan keluarga adalah hal yang menuntun kamu untuk mengalami kebesaran Tuhan. Setiap hari. Kita tidak usah berusaha keras untuk menemukan 'kebenaran' itu adanya di mana. Ia adalah kata sifat, yang melekat pada hal-hal di sekeliling kita. Ia bukanlah benda, yang harus didefinisikan....

1 comment:

vitarlenology said...

hai pakabar? liat sketsa ini, aku inget diary yang kamu pernah kasih ke aku, masih ku simpen loh.. dan baru aja aku tulis tentang diary itu di postingan ini http://designbyvitarlenology.blogspot.com/2009/08/stok-buku-harianku.html
kapan mau maen ke Bandung lagi?