Tuesday, December 18, 2007

"Ga semua hal lo harus tahu kan..."

"Ga semua hal lo harus tahu kan..."

Ajeng suatu kali mengucapkan hal itu ketika aku bertanya tentang suatu gosip (antar teman2). Itu adalah ungkapan yang dia dapat dari kantornya waktu itu, dan coba saja kalo kamu yang diberi komentar gitu! sebel2 geli gitu... hihi...

Sometimes I think God says that to us. Pernah berada dalam situasi di mana kepalamu penuh dengan pertanyaan? Adanya pertanyaan.. aja. No answers. no clue. pusing. Di saat-saat seperti itu biasanya aku akan bilang"aduh...." berikut keluhan-keluhan selanjutnya.

"Tuhan, aku mesti ngapain siiiih?" biasanya aku memandang ke langit dengan helpless. Saat itulah kata-kata Ajeng terdengar lagi olehku, "Ga semua hal lo harus tahu (sekarang) kan..."

Pada kenyataannya, jawaban sering datang kemudian, di saat aku sudah dapat pelajarannya. Jadi, nak, bersabarlah ...

=)

Thursday, November 8, 2007

Lagu Hari Ini - Jumat, 9 Nov 07

Ok, lagu hari ini di lantai 3 dibawakan oleh Andromeda. Who is that? Kalo kamu ga tau nama itu, nama berikut ini paasti tau: God Bless. Dan tidak ketinggalan tentu saja, Power Metalll!

Metal, man!

So you see, selingan lagu Barney kemarin adalah suatu... SELINGAN. Memutar lagu anak2 yang manis sepanjang jam kerja bukanlah kebiasaan kami. No, no, no.... =)



Lagu Hari Ini - Kamis, 8 Nov 07

Di lantai 3 di kantorku adalah bagian produksi. Di sini berkumpul orang-orang aneh dengan 1001 kesukaan jenis musik.

Hari ini seseorang baru saja mendownload(mengunduh, kamu tahu kosa kata itu?) lagu-lagu Barney. Yes! Barney the big Dinosaur! lagu-lagu kesukaan anaknya. Dan sekarang kami mendengarkan lagu2 anak2 : "BINGO", "Twinkle2 Little Star", "I Love you-you love me- we're a big happy family", "ABCDE".

Ada satu lagu yang manis skali...

Starlight, starbright, the first star I see tonight,
I wish I may,
I wish I might,
Had a wish I wish tonight.

Dan kami semua pegang mouse (tetikus, gunakan kosa kata yang baik dan benar!) sambil mengangguk-angguk, mengelang-geleng, atau menghentak2an kaki, sambil bergumam ga jelas - ga tau liriknya.

It's a heart warmer to hear this kind of song =)

Friday, November 2, 2007

rainy afternoon

Hari ini 3 orang di divisiku ga masuk. Well, what an office!

And it's rain. Do i tell you I love rain? Bukan2 titik-titik airnya yang bikin basah dan baju jadi menerawang. Tapi maksudku, kalau aku berada di dalam ruangan dan di luar hujan. Hehe. Aku suka melihat langit putih keabu-abuan dengan sapuan cat air biru tua. Dan warna-warna semua benda jadi berkurang saturasinya. Udara jadi tidak terlalu panas, dan udara seperti jadi pekat. Cair. Tidak kering atau panas memancingmu ingin teriak.

Jadi, karena aku belum dapat naskah lagi untuk dibuat ilustrasinya, i have a few nice plan to do. So today, 4 o'clock in the afternoon, I have done one book jacket with my ilustration on the cover. By the way, book jacket is a book cover. Only before the process complete, the book jacket is like an unfinished cover.

And I have cut some piece of paper for its content. One of the silliest thing I've ever done. I should've ask the paper shop to cut it for me, only when i bought it I don't know yet the measure of the book I would make, and... I try to keep Rp.5000 on my pocket for cutting cost. Pelit.

And then... I buy some combro and pastel, and sat down in front of the computer, also with a hot tea, reading Dee's Journal of a 55-Days Novel (http://dee-55days.blogspot.com).

Life is damn beautiful from here! Hah! =)


(Tapi kalo senen begini lagi, kayaknya sih gue bakalan mati gaya...)

Thursday, October 18, 2007

"Life at Etsy is good.
We work hard and we play hard.
We respect weekends.
All jobs come with full benefits and a nice salary" (*)

Since I graduated, I have done 3 different jobs, in 3 different offices. It's all has its own characters, the bos and the management. The latest office is not so... convincing. There were many things happened that make me think " What kind of office-environment I want, if I have my own, in the future?"

Do you wants your staff to do their BEST, on their everyday responsibilities? Giving more value to their work, and have passion to make the company on its best performance? Sure. Everybody wanted that thing happen.

But, it's all depends on the owner. How he/she manage her company. What vision she takes. What kind of passion she wants her staff on their everyday working life.

Paying your staff for an overtime hour is not a problem solving. Take the job on a scheduled job-hour, that's what makes your staff feel convinient. Respect their time, at least their week end. Respect their needs, it's about benefits and salary. Feel the environment they're working in everyday, 'cos if they feel home, they will do their best.

If people feel comforting on their heart, they can do anything proper. Even amazing.


(*) www. etsy.com is an online market for handmade things. They're a bunch of people working for making crafting and handmade things become something steady and daily used on our era.


Wednesday, October 10, 2007

Di bis hari ini

Tadi pagi ada sebuah keluarga yang menunggu untuk naik kowanbisata 509. Mereka menunggu di pinggir walaupun ada 509 yang berhenti di depan mereka (yang aku naiki). Yang mana menurutku keputusan yang bagus, karena kursi di bis sudah penuh semua, dan mengingat mereka terdiri dari seorang ibu (dengan kain gendongan melilit pundak dan leher), si bapak yang menggendong anak laki-laki usia dua tahun, dan dua anak perempuan kecil. Tunggu, belum selesai, masih ada satu anak laki-laki kecil.

Tapi akhirnya mereka naik juga! Dan mereka terpaksa berdiri di barisan paling depan. Empat kursi paling depan diduduki oleh dua mbak-mbak kantoran dan dua lelaki, satunya bapak-bapak. Dan mereka tidak beranjak sedikitpun dari kursinya. Si anak perempuan yang lebih besar digeser oleh ibunya supaya berpegangan pada besi yang melintang di jendela bis, tapi dia ngeyel maunya pegangan kursi bis yang di belakang supir.

Jadi ayah yang menggendong anak dan ibu dan tiga anak kecil itu bergoyang-goyang sepanjang jalan. Tapi kemudian ada seorang ibu tuna netra yang masuk. Serta merta si laki-laki di barisan depan itu menyentuh lengan si ibu dan membantu mendudukkannya di kursi itu.

Jadi kurasa kesimpulannya adalah: Orang jauh lebih tergerak ketika melihat seseorang yang invalid. Oh, juga wanita hamil. Tapi kalau yang naik adalah orang dengan usia berapapun tapi nampak segar, sehat, dan waktu naik dengan sesadar2nya tau dia harus berdiri di bis, well... berdirilah dia! There's only a little chance people will give you their seat!

Remember that, people! huehehehehhhh... see ya!

Monday, September 17, 2007

My small world

Kadang aku merasa duniaku agak terbatas. Seberapa luasnya duniaku kutandai dengan sebrapa banyak pengalaman 'mengalami' (experiencing) yang kupunya. Sesuatu yang tidak kutahu, tentunya tidak termasuk dalam duniaku.


Aku membayangkan diriku ada dalam kulit bakpau yang liat dan sulit dirobek ketika aku masih ada di bawah permukaan. Setiap kali kubaca buku dan bertemu orang baru, aku bisa menyundul sedikit kulit bakpau itu dengan kepalaku. Ketika aku bepergian dan mencoba hal baru, aku mulai bisa membuat lubang selebar bahu. Semakin intens pengalaman yang kudapat dan semakin jauh aku pergi tempat baru, semakin luas robekan yang kubuat, dan akhirnya ada lubang di tengah bakpau yang bisa kuatur sesuka hati.


Dunia yang agak terbatas ini secara terberi (given) merupakan kombinasi antara kehidupan pinggiran kota jakarta, campuran pengalaman mall dan bis kota, adiksi terhadap buku cerita, kebutuhan akan komputer, dan tidak adanya keluarga besar(bila berkumpul di jakarta keluargaku hanya terdiri dari: satu kakak ibuku dengan anaknya yang juga sudah punya anak. Bandingkan dengan teman lain yang berkumpul dengan 2 atau 3 kakek nenek, beberapa om dan tante, sejibun sepupu).


Perlahan-lahan meluas ketika aku kuliah ke Bandung, dan ketika bekerja sekarang. Tapi ada dunia-dunia lain yang... tidak kumengerti. Realita berbeda yang ditentukan oleh lingkungan kota dan kampung, gaya hidup dan persepsi.


Satu dunia yang sama sekali jauh dari imajiku diceritakan oleh Laskar Pelangi yang ditulis oleh Andrea Hirata. Dengan sempurna ia menggambarkan seperti apa sesungguhnya menjadi orang Indonesia. Ikal kecil dan kawan-kawannya mengalami penuh apa yang disebut alam. Bermain hujan dan pelepah pisang. Berjalan kaki ke mana-mana, dekat dengan segala elemen alam. Lingkungan sekolah yang merangkul, menyayangi. Kamu kenal dengan seksama semua temamu, bahkan kenal ayah ibunya dan bisa bercerita berapa kakak adik mereka. Pengalaman mendaki lembah dan gunung yang luar biasa indah. Pengalaman melihat kemakmuran anak-anak PN Timah tanpa rasa rendah diri. Berjalan kaki berkilo-kilo hanya untuk ke sekolah. Semuanya dilakukan tanpa merasa kehilangan martabat. Rasa kehidupan yang murni dari anak2 kecil yang tidak kenal apa itu malu di hadapan globalisasi.


Hidup yang sangat intens, yang walaupun bisa saja menggantungkan mimpi jauh di sana, tetapi tebing yang menghalangi harus dihancurkan setiap saat. Setiap waktu. Kepercayaan diri dan kasih yang berkali-kali harus dipegang erat. Tak banyak waktu utuk merenung, tapi hidup mereka bukan tanpa imajinasi.
Itu adalah salah satu dunia yang tak pernah kualami, dan kadang kusesali. Apakah aku berharap harus berjalan berkilo2 ke sekolah dan sekolah di bangunan beratap bocor? Bukan itu. Mari kuceritakan satu lagi dunia yang agak mirip dengan Laskar Pelangi di atas.


Ayahku lahir di Majalengka, namun sejak usia SD diserahkan ke seorang meneer di Bandung, diasramakan di sebuah rumah Belanda kuno yang cantik. Berangkat sekolah dan ke sekolah minggu tiap akhir pekan. Di Majalengka, ayahku masih mengalami berbengal-bengal lari di pematang sawah, menangkap kodok dan sebagainya. Bila tahun baru Cina datang, ia mengintip dari pintu sambil menahan air liur melihat berbagai macam buah tersusun rapi di depan Toa Pe Kong. Berlari-lari di dapur besar rumah Majalengka, yang di dalam dapurnya masih ada sumur. Dijemput dengan pick up barang setiap kali pulang liburan dari Bandung.

Lalu 2 minggu lalu kubaca sebuah majalah franchise asing yang sudah beredar edisi Indonesianya. Majalah ini adalah majalah lifestyle dengan sasaran kalangan atas. Di dalamnya ditampilkan suatu artikel tentang Rudy Akili, seorang pengusaha dan kurator lukisan. Sekilas aku merasa akrab dengan bangunan rumah-galerinya, yang ternyata dirancang oleh arsitek Jeffry Budiman. It's such a great house. Ramah tapi berkharisma. Massa persegi setinggi 3 lantai adalah bagian yang paling menonjol dari rumah tersebut. Sebagai seorang kurator, Rudy Akili mempelopori pendirian private gallery yang juga terbuka bagi publik. Privat, karena milik pribadi dan terletak di rumah pribadi, tapi publik karena dengan appointment publik dapat menikmati juga galeri tersebut.


Kontribusinya sangat besar bagi dunia lukisan Indonesia, dan rumah galerinya betul-betul membuat penasaran. Tetapi bukan itu yang hendak kubahas di sini. Di situ tertulis bahwa museumnya tidak hanya untuk memamerkan lukisan saja, tapi banyak acara2 lain yang dapat dilakukan di situ. Misalnya pesta ulang tahun, wine testing, previewing lelang, private party, dan sebagainya. Semacam Met di NY yang lazim dipakai untuk pesta kalangan atas.


Lalu kubaca lagi sisa majalah itu, yang memuat restoran2 dengan sajian serupa berbagai bahan cantik yang ditata di atas piring porselen sangat besar, dengan cita rasa yang diciptakan sedemikian detail. Hal yang muncul di otakku adalah, seberapa banyak uang yang berputar di dunia itu, dan... seberapa signifikankah?


Seberapa signifikan jumlah yang dihabiskan oleh Miranda (Devil wears Prada) yang menyebabkan sepiring steak lengkap dibuang begitu saja berikut piring porselennya, hanya karena sedikit keterlambatan dari Andrea Sachs?

Seberapa intens kehidupan yang mereka punyai di dunia mengkilap sana, dibanding pengalaman berhujan-hujan dengan pelepah pisang?

Dalam suatu parameter, perbedaan itu diukur dalam berapa uang yang berputar dalam masing-masing gaya hidup. Tetapi itu bukanlah satu-satunya cara pandang. Bila materi disingkirkan dan jiwa dikedepankan, manakah pengalaman yang lebih murni?

Aku suka kemewahan. Lingkungan urban mengajarkanku artinya makan enak dan hidup nyaman. Tetapi tetap miris bagiku untuk membeli pakaian seharga jutaan atau makanan seharga ratusan ribu, karena yang muncul di kepalaku adalah 'demi apakah kuhabiskan sekian banyak hal untuk satu piring makanan?' Aku bisa menghargai kain tenun seharga jutaan rupiah. Tetapi sakit hati rasanya melihat sepotong celana jeans bermerk impor yang dibuat massal, juga seharga jutaan rupiah.

Jadi pada suatu titik, ada kemewahan yang tidak terbayangkan olehku, dan membuatku bertanya,'perlukah itu?'

Tentunya ada nilai berbeda yang kita pakai untuk menghargai pengalaman berhujan-hujan dengan kereta luncur pelepah pisang, atau ketika kita hadir dalam suatu acara bernama 'wine testing'(what the hell is that, I'm asking). Keduanya tentu bisa menjadi pengalaman 'yang tak terlupakan'.

Tetapi terbayang olehku wajah Ikal dan teman-temannya, yang memandang pesta wine lewat kaca jendela sambil berlari ria di tengah hujan bersama teman-teman. Membayangkan mata mereka yang berbinar demikian, seakan2 mencibir kehidupan urban yang penuh mimpi dan imaji.



Pengamen Hari ini-170907

Terkutuklah band yang menyebabkan dua anak perempuan kecil-satu usia TK, satu lagi sekitar kelas 3 SD- menyanyi dengan nikmat, seakan sedang trans...Merasa diri sebagai remaja yang menderita sakitnya persoalan cinta. Dua anak ini melantunkan syair kacangan tanpa tujuan(*):

" Wo-ouu, kamu ketahuaaaan,
pacaran lagi...
dengan si dia,
teman baik ku, wo-ou..."

(refren ulangi kira-kira 10 kali)



BLAARRRGGGHHHHHH...!!!


(*) Menurut lo ini lagu yang dengan tujuan ga sih, kalo pengakhirannya: "Wo-ou / tapi tak mengapa / aku tak
heran / karena kamu / cinta sesaatku"
Trus kalo dia 'ga heran' kenapa dong, dia harus bikin lagu ratapan semacam itu? hmmm? hmmmmmmm?