Friday, January 25, 2008

Simplify on Drawing Characters

Simplify on drawing characters?

Kami akan lembur. lagi. minggu ini. satu setengah minggu, atau boleh juga dianggap 1 minggu. untuk 15-30 halaman komik.

Jadi, make it simple. Belum dapat naskah? atau naskah belum ada di tangan? Gambarlah tokohmu(lebih mudah lagi untuk binatang dan tumbuhan-gerakan dan mimik mereka toh terbatas) dalam berbagai gerakan. Kepala mengahadap depan, serong, samping. Posisi badan juga dari 3 angle itu. Buatlah kaki/tangan yang menunjuk. posisi berdiri biasa. telapak tangan menghadap ke atas atau ke samping. Dan kamu tinggal menggabungkannya nanti sesuai dialognya.

Sangat tidak dianjurkan dalam kondisi ideal. raaarrrgh!


Thursday, January 24, 2008

LIFE MANUAL BOOK

Aku selalu ingin kepastian sebelum aku melakukan sesuatu. Dan kadang-kadang aku berpikir, wouldn't it be good if i can wrote my life adventures in a detailed story? Lengkap dengan tabel2 berbagai macam advice yang kudapat ketika mengalami suatu masalah, lau tabel2 pilihan yang bisa saja kubuat, dan akhirnya keputusan apa yang kubuat, lalu konsekuensinya bagaimana. Freak, huh?! haha...Bisa menjadi salah satu referensi nantinya, seperti kita biasanya membaca kisah hidup seseorang dan mengambil pelajaran darinya. Lalu aku berpikir-pikir, mengapa tidak ada life guide book? yang disusun berdasarkan rentang usia. Dilengkapi dengan petunjuk2 dasar, lalu contoh2 kasus yang memberi kita pilihan saat menghadapi tipe persoalan A,B,C,dst. Membuat kita lebih mudah untuk membuat keputusan dalam hal-hal membingungkan.

Tapi sebenarnya orang-orang yang mengisahkan hidupnya juga banyak kan? Juga fiksi yang menceritakan lika-liku perjalanan setiap orang yang berbeda-beda lingkungannya. Sebenarnya saat membaca kisah-kisah hidup orang lain kita sedang mempelajari sesuatu. Sedikit dari kisahnya si A dan si B.

Lagipula... apa serunya kalau segala sesautu sudah ada guidance nya? Tinggal menjalankan, tanpa harus bepikir dan bereaksi cepat.

Pada akhirnya kurasa aku hanya butuh prinsip-prinsip dasar. Buku-buku semacam The Secret, Conversation with God(aku baru baca versi teens nya), 7 Habit, atau injil, it's enough to guide you trough the whole condition. Tentu saja ada keadaan tertentu yang membutuhkan masukan lebih jauh, tapi pada kondisi demikian pun(misalnya: memilih buku tentang marriage atau kehamilan), aku akan memilih buku yang menunjukkan hal2 yang esensial. Makanya aku ga suka banget dengan buku-buku (biasanya lokal) yang hanya memberikan tips-tips dan bukan panduan dasar. It won't be too much useful, unless your problem is specifically the same case on that book.

=D

CONCEPT AND ACTUAL CREATION

Saya baru saja membuatkan undangan pernikahan untuk teman saya. Dasar sudah lama tidak mendesain, urusannya jadi agak ribet buat saya. Sepertinya banyak sekali keputusan yang harus dibuat. Pertimbangan-pertimbangan konseptual maupun teknis.



Minggu yang lalu saya mengamati desain website yang dibuat oleh teman saya. Ia memperlihatkan 2 desain dari website majalah anak-anak. Yang satu adalah website yang lama, yang satu lagi desain baru. Desain baru ini halaman utamanya lebih 'gaya' dibanding website lama. Memperlihatkan setting suatu padang yang luas, ada kupu-kupu yang terbang naik turun, dan asap knalpot mobil yang mengepul-ngepul. Bila salah satu icon di klik, kita akan masuk ke menu berikut, sesuai dengan teks yang muncul bila kursor didekatkan pada icon.

Desain baru lebih menarik, tapi menurut si bos, desain itu tidak memperlihatkan identitas si majalah. Malah menurutnya website lama lebih punya identitas. Kata temanku, " Padahal temen gue bikin desain (yang baru) itu pake konsep loh. Website yang lama sih... ga tau konsepnya apaan.". Kataku, " Bud, pake konsep atau enggak sih, ga menjamin pesan yang mau disampaikan nyampe ke orang yang buka website."

Dan saya jadi mikir sendiri tentang pernyataan saya itu.

Pada kenyataannya, suatu ide memang baru teruji keberhasilannya ketika hasil akhirnya sudah terwujud. Selama ia masih desain, ia belum 100 % diketahui kualitasnya.

Beberapa saat yang lalu saya membuatkan desain undangan pernikahan untuk teman saya. Walaupun senang karena proyek coba-coba ini akhirnya jadi juga, saya kaget juga ketika undangan itu sudah jadi. Karena masih coba-coba, saya tidak seberapa ngotot untuk ketemu langsung dengan percetakannya. Warna ungunya 'lari' entah ke mana, dengan terlalu banyak tone biru daripada pink. Lalu foto teman saya yang memang dibuat agak sephia, saturasinya lebih turun lagi sehingga wajah teman saya seakan-akan disepuh warna perak seperti pemain pantomim di mal-mal. Oh ya, antara cover dengan bagian dalam undangan juga tone ungunya saling berbeda, sehingga menurut saya penilaiannya jadi ga bisa fair. Gimana mau fair, kalo cover dan bagian dalam sama2 pake nuansa ungu, tapi tone nya beda? Kayaknya desainernya ga berusaha untuk membuatnya dalam satu nuansa.

Bahkan ketika suatu desain sudah terpampang di layar komputer, saya harus menunggu proses cetak yang mungkin cuma 5 % porsinya dibanding keseluruhan proses, tetapi saat itulah barangnya jadi, baru siap untuk penilaian akhir.


Dulu waktu saya kerja di kantor arsitek atau pas kuliah, seringkali saya punya ide-ide spektakuler. Tapi ketika harus mewujudkannya dalam gambar-gambar kerja, saya bingung sendiri. Hasilnya kebanyakan Butuh banyak vocabulary untuk bisa membuat wujudnya seperti yang ada dalam kepala saya.

Membuat undangan pastinya lebih sederhana urusannya daripada membuat suatu ruang atau bangunan. Kamu tidak bisa mencantumkan tulisan atau sembarangan menaruh icon di suatu bangunan. Makanya saya kagum sekali pada arsitek-arsitek yang bisa membuat kita merasakan 'sesuatu' ketika kita melihat atau mengalami desainnya. Di tangan penikmatlah desain kamu teruji, berhasil atau tidaknya. Bahagia banget kalo seseorang sampe bisa bilang suatu kata yang merupakan kata yang kamu digunakan dalam konsepmu.

By the way, warna undangan tadi adalah segelintir dari seluruh poin yang ada di barang tersebut. Selain itu, rasanya sih undangan itu bolehlah.... Ada satu temennya-temen saya yang liat undangan itu dan bilang,"wahhh.... ini kan menggambarkan perjalanan cinta lo, ya Da...!" Sampe situ, saya anggap pesan saya nyampe ke pemirsa =)

Tuesday, January 8, 2008

Mixed-up

Hari ini kegiatan saya mixed-up betul. Entahlah saya mengerjakan apa saja. Saya punya rencana untuk memindahkan catatan-catatan dalam buku yang terpisah-pisah ke dalam 1 file yang meng-compile semuanya. Itu harusny aselesai sebelum jam 9. Setelah itu, sedikit dikejar oleh perasaan bersalah, saya merencanakan untuk menggambar. Menggambar apapun.

Pagi itu satu buku selesai saya pindahkan isinya. Satu buku lagi terputus oleh.. apa ya? Pacar saya menelepon, membicarakan beberapa hal, dan saya memutuskan untuk chatting dengan Rini untuk mencari informasi. Setelah itu saya teringat pada seseorang yang juga mempunyai account di Deviantart, semacam web gallery. Saya mencari-cari dan berhasil menemukannya. Dan perasaan iri menyelinap di hati saya. Anak ini tidak betul-betul berprofesi sebagai ilustrator, tetapi galerinya memuat cukup banyak karya. And her work is good. Perasaan ini mengantar saya untuk berpikir "Have I done enough?" Apakah saya sudah cukup banyak berkarya, dalam arti menggambar? Banyak hal-hal lain yang saya kerjakan di luar menggambar, karena buat saya menggambar bukan profesi tunggal. Tetapi untuk menjadi seorang profesional, saya harus banyak mencoba, kan? Saya mencoba mengingatkan diri bahwa setiap bulan saya menghasilkan 15 halaman komik seukuran kwarto. Sampai di situ, saya mencoba unutk menghentikan pikiran panik tadi. Kenyataan bahwa saya mengahasilkan hal lain di luar menggambar harusnya saya perhitungkan juga.

Setelah makan siang, saya masih juga belum tergerak untuk menggambar. Padahal ada target yang jelas: sebah lomba cover novel. Saya malah mengunjungi website seorang penulis cerita anak yang ilustrasi2 bukunya saya sukai, dan membuat email untuk menghubunginya. Dari multiplynya saya mendapatkan alamat kontak beberapa penerbit dan ilustrator lainnya.

Hal ini mengeingatkan saya kepada beberapa hal yang sudah lama menggantung di tepian sekian banyak aktivitas sehari-hari saya: Build your networking. Pada kenyataannya, saya belum cukup serius memanfaatkan internet yang bisa saya akses 24 jam. Seorang ilustrator senior mengatakan ia memberikan waktu khusus, yaitu hari Jumat, untuk melakukan networking. Itu artinya mempromosikan diri, mengontak orang-orang baru, dan meng-up date berita untuk kontak2 lama.

Ketika tadi menggali-gali setiap alamat kontak dan kemungkinan yang ada di website si penulis, saya merasa cape. Sama seperti dulu saat mencari pekerjaan. Mungkin karena saya idak menyediakan waktu khusus untuk networking ini, sehingga selalu merasa harus buru-buru. Banyak yang bisa didapat, tapi dalam jangka waktu yang sempit.

Mungkin, jawabannya adalah sesuatu yang sering saya katakan pada diri saya sendiri: "Jangan melompati anak tangga. Pada akhirnya anak itu harus dijalani juga" - kecuali, kamu punya strategi khusus. Maksudnya adalah, dari proses A saya tidak bisa langsung loncat ke proses C, tapi harusnya saya melewati proses B dulu. Kecuali saya ternyata sudah terlalu jago untuk proses B.

Baru seminggu yang lalu saya menyatakan "ya" untuk lamaran yang diajukan pacar saya =) Dan sejak itu, otak saya berputar-putar terus. Antara lain saya sedang mencoba mencerna, apakah saya harus mengurangi beberapa urusan saya, untuk mengurus persiapan pernikahan? Tapi bila saya ingin membangun karir sebagai ilustrator yang bekerja di rumah, saya rasa tidak ada alasan untuk menundanya. Because I can!

Karena masih punya waktu di antara segala macam persiapan wedding and marriage. Betul bahwa saya sedang mengisi setengah dari lingkaran pizza saya untuk menuju hidup yang saya inginkan, tapi potongan pizza saya yang cuma sepdelapan juga masih muat kok, untuk saya tangani. Because I can =)

I have to stay on my focus. Huaaahhhh!!!!




O yea, seorang teman kantorku akan pindah besok. Dia adalah salah satu orang yang membuat kantor ini berjalan. Nad she's moving, dan belum ada penggantinya. Crazy, huh?

I'm gonna miss her a lot. lot. lot. Profesionally and emotionally.